Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)mengungkap, alasan oknum pedagang yang masih menggunakan bahan berbahaya pada takjil jualannya. Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI Ema Setyawati menerangkan bahwa formalin masih digunakan oknum agar barang dagangannya awet. Panganan buka puasa yang diberi kandungan formalin diharapkan bisa lebih tahan lama, dalam durasi yang tidak wajar.
Sementara untuk pewarna berguna untuk membuat tampilan takjil menjadi lebih menarik. "Barang yang kena formalin pun lalat nggak akan hinggap. Jadi lalat saja punya 'sinyal' itu tidak bisa dihinggapi. Ketika bicara pewarna, biasanya warnanya betul betul terang sekali," ungkap Ema dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/4/2024). Sementara boraks, ditambahkan dalam panganan dengan harapan sebagai pengeyal.
Masih Ditemukan Takjil dengan Bahan Berbahaya, BPOM Ungkap Risikonya Terungkap, Bareskrim Selidiki Kasus Vina Cirebon dari Nol, Percakapan BBM di Ponsel Berhasil Dibuka Halaman all BPOM Denpasar Sidak Takjil Di Tabanan Nihil Ditemukan Bahan Berbahaya
BPOM Tidak Temukan Bahan Berbahaya di Pasar Pabukoan Padang Pariaman Temuan BPOM di Awal 2024: 5.937 Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya Jajanan Takjil Ramadan di Alun alun Majalengka Diperiksa Dinkes, Pastikan Tak Pakai Bahan Berbahaya
"Untuk boraks sebagai pengeyal. Kadang dipakai di kerupuk agar susah melempem. Jadi kita lihat kekenyalan makanan itu masuk akal nggak sih," jelas dia. DitambahkanKepala BPOM RI, L. Rizka Andalusia, ada sejumlah bahaya yang mengintai mulai efek ringan sampai berat jika terus menerus mengkonsumsi makanan mengandung bahan berbahaya. Efek ringannya bisa merasakan mual, muntah, dan pusing. Sementara dampak jangka panjang bisamenyebabkan kanker karena ada kandungan karsinogen dalam bahan pengawet.
"Meski dikonsumsi dalam jumlah kecil, bahan berbahaya bisa berefek jangka panjang untuk tubuh," ungkap dia. Diketahui dalam BPOM selama ramadan ini melakukan pengawasa. Dari 9.262 takjil yang dijadikan sampel, 112 diantarnya mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin B, maupun metanil. Pengawasan dilakukan terhadap 3.749 pedagang di 1.057 titik lokasi pengawasan.
Hasilnya 48,04 persen mengandung formalin ditemukan padaMi kuning, teri, tahu,cincau, agar, cumi, ikan peda, terasi. 25,49 persen mengandungRhodamin B ditemukan padaCendol, Mutiara, kerupuk pasir, jelly merah, jenang merah, pacar cina, mie pelangi. 27,45 persen mengandung boraks berupaKerupuk, cao, cendol, cilok, otak otak, sate usus, kerrang, udang , tahu, teri.
0,98 persen mengandung metanil berupa Tahu orange. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.